• Sabtu, 23 September 2023

Virus Langka Yang Mengguncang India, Apa Itu Virus Nipah?

- Senin, 18 September 2023 | 17:28 WIB
Virus Nipah mewabah di India (Bharat).
Virus Nipah mewabah di India (Bharat).

PortalYogya.com--Suatu varian virus langka ditemukan menjadi penyebab terjadinya penyakit di India, bernama virus Nipah

Virus Nipah, sebuah virus langka namun serius yang ditularkan oleh kelelawar dan dapat menyebabkan demam, muntah, serta infeksi saluran pernapasan pada manusia, telah menewaskan dua orang di negara bagian Kerala, India.

Untuk menghentikan penyebaran virus mematikan ini, pihak berwenang India telah melakukan pengujian massal.

Baca Juga: Bharat Bukan India ? Mengungkap Misi Perdana Menteri Narendra Modi Yang Ambisius

Sejumlah pertemuan publik dibatasi dan beberapa sekolah ditutup minggu lalu sebagai respons terhadap wabah ini - yang merupakan wabah keempat di wilayah tersebut sejak tahun 2018.

Kasus-kasus parah dari infeksi virus Nipah dapat menyebabkan kejang dan ensefalitis (radang otak), bahkan bisa mengakibatkan koma.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tingkat kematian akibat virus ini berkisar antara 40-75%. Saat ini belum ada vaksin yang diketahui untuk virus ini; perawatan umumnya melibatkan dukungan medis untuk meredakan gejala.

Baca Juga: Mengupas Rencana Ambisius Transjakarta untuk Menyediakan 400 Bus Listrik pada tahun 2025

Wabah pertama dari Virus Nipah tercatat pada tahun 1998 ketika menyebar di antara peternak babi di Malaysia dan Singapura.

Virus tersebut dinamai sesuai dengan nama desa tempat ditemukannya.

Kelelawar buahan adalah pembawa alami dari virus ini dan dapat menginfeksi manusia secara langsung melalui kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi.

Baca Juga: Keberuntungan Rezeki yang Tak Terduga dalam Tiga Weton Emas Menurut Primbon Jawa

Para ilmuwan khawatir bahwa varian baru dari virus Nipah yang bermutasi dan sangat mudah menular akan muncul dari populasi kelelawar.

Meski wabahan jarang terjadi, WHO telah mencatat Nipah sebagai salah satu penyakit prioritas penelitian karena potensinya dalam menyebabkan epidemi global.

Halaman:

Editor: Zulficar Rahmatullah

Sumber: Guardian

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X